Take Profit: Strategi Realistis Mengunci Keuntungan di Dunia Investasi dan Trading
Jakarta, turkeconom.com – Bayangkan seorang pedagang yang menjual barang ketika harga sedang tinggi, lalu membeli kembali ketika harga turun.
Prinsip sederhana inilah yang menjadi dasar dari istilah “take profit” — tindakan mengambil keuntungan sebelum harga bergerak ke arah yang tidak menguntungkan.
Dalam dunia trading saham, forex, dan kripto, take profit adalah perintah otomatis atau keputusan manual untuk menutup posisi ketika harga telah mencapai target tertentu.
Tujuannya bukan sekadar mencari untung besar, tetapi mengamankan hasil kerja keras sebelum pasar berbalik.
Seorang trader bijak tahu bahwa pasar bukan tempat untuk serakah. Kadang, keluar di waktu yang tepat jauh lebih menguntungkan daripada menunggu “keajaiban harga.”
Filosofi di Balik Take Profit: Seni Menahan Diri

Pasar adalah tempat di mana emosi dan logika saling bertarung.
Banyak trader gagal bukan karena salah prediksi, tapi karena tidak tahu kapan harus berhenti.
Take profit menjadi batas psikologis antara kepuasan dan keserakahan.
Seorang investor berpengalaman pernah berkata,
“Kamu takkan pernah bangkrut karena mengambil untung terlalu cepat, tapi bisa hancur karena menunggu terlalu lama.”
Dengan menetapkan target take profit sejak awal, seorang trader sudah menyiapkan rencana keluar (exit plan).
Ini membantu menjaga disiplin, terutama ketika pasar sedang bergerak liar dan menggoda untuk “menunggu sedikit lagi.”
Cara Kerja Take Profit dalam Trading
Secara teknis, take profit bisa dilakukan secara manual atau otomatis.
-
Manual: Trader menutup posisi sendiri setelah harga mencapai level tertentu.
-
Otomatis: Trader menetapkan perintah “take profit order” di platform trading. Saat harga menyentuh angka target, sistem langsung menjual (atau membeli) posisi tersebut tanpa perlu intervensi.
Contoh sederhana:
Kamu membeli saham seharga Rp5.000 dan menargetkan keuntungan 10%. Maka kamu bisa menetapkan take profit di Rp5.500.
Begitu harga menyentuh angka itu, sistem akan otomatis menjual sahammu dan mengunci keuntungan sebesar 10%.
Strategi ini penting karena pasar tidak pernah bisa diprediksi sepenuhnya.
Harga bisa naik cepat — lalu turun drastis dalam waktu yang sama singkatnya.
Menentukan Level Take Profit yang Ideal
Menentukan titik take profit bukan sekadar menebak. Ada beberapa pendekatan analisis yang digunakan oleh trader profesional:
a. Analisis Teknis (Technical Analysis)
Trader menggunakan grafik, indikator, dan pola harga untuk memprediksi level resistensi atau potensi pembalikan arah.
Beberapa alat yang sering digunakan:
-
Moving Average
-
Fibonacci Retracement
-
Bollinger Bands
-
Support & Resistance Levels
Misalnya, jika harga cenderung berbalik di area tertentu berdasarkan histori, trader bisa menempatkan take profit di bawah titik tersebut.
b. Persentase Target Tetap
Beberapa trader memilih target sederhana, misalnya 5–10% keuntungan per posisi.
Strategi ini cocok untuk trader harian (day trader) yang ingin menjaga konsistensi.
c. Risk-Reward Ratio
Ini adalah pendekatan paling rasional.
Jika kamu menargetkan risk-reward ratio 1:2, artinya kamu siap rugi Rp100 ribu demi potensi untung Rp200 ribu.
Dengan begitu, sistem trading tetap logis dan terkendali.
Take Profit vs Stop Loss: Dua Sisi Mata Uang
Take profit selalu berjalan berdampingan dengan stop loss.
Kalau take profit digunakan untuk mengamankan keuntungan, stop loss berfungsi membatasi kerugian.
Keduanya adalah bagian dari risk management — fondasi utama dalam investasi dan trading profesional.
Tanpa salah satunya, strategi finansial akan timpang.
Perbandingan sederhananya:
| Aspek | Take Profit | Stop Loss |
|---|---|---|
| Fungsi | Mengamankan keuntungan | Mencegah kerugian besar |
| Arah Harga | Saat harga mencapai target positif | Saat harga turun melewati batas toleransi |
| Efek Psikologis | Memberi rasa puas dan aman | Melatih disiplin dan kontrol emosi |
Trader sukses tidak hanya tahu kapan masuk, tapi juga tahu kapan keluar — baik untuk menang maupun kalah.
Kesalahan Umum dalam Menetapkan Take Profit
Banyak trader pemula sering terjebak pada dua kesalahan besar saat mengatur take profit:
a. Terlalu Serakah
Menetapkan target yang terlalu tinggi tanpa dasar analisis membuat peluang terwujud kecil.
Akhirnya, ketika harga sempat naik lalu turun kembali, keuntungan justru menguap.
b. Terlalu Sempit
Sebaliknya, menetapkan target terlalu rendah membuat potensi keuntungan tidak maksimal.
Padahal harga mungkin masih bisa naik lebih tinggi sebelum koreksi.
c. Tidak Disiplin
Trader sering kali mengubah target di tengah jalan karena emosi.
Disiplin adalah kunci — target yang telah dihitung sebaiknya tidak diubah hanya karena rasa “sayang kalau dijual sekarang.”
Anekdot: Trader yang Terlalu Lama Menunggu
Ada kisah nyata dari seorang trader kripto bernama Kevin.
Ia membeli Bitcoin di harga Rp400 juta dan berniat menjual di Rp500 juta.
Namun ketika target tercapai, ia berpikir, “Ah, mungkin bisa Rp550 juta.”
Beberapa hari kemudian, harga justru anjlok ke Rp370 juta.
Dari situ, Kevin belajar satu hal:
Take profit bukan tentang menebak puncak, tapi menepati rencana.
Take Profit dalam Dunia Saham dan Kripto Modern
Dalam era digital sekarang, konsep take profit semakin canggih.
Platform seperti Binance, Indodax, dan eToro menyediakan fitur otomatis, di mana investor bisa mengatur trigger point hanya dalam beberapa klik.
Selain itu, AI dan algoritma trading juga mulai digunakan untuk menghitung level optimal berdasarkan volatilitas pasar dan tren real-time.
Di pasar saham, investor jangka panjang menggunakan strategi serupa, namun dengan horizon waktu yang lebih panjang.
Misalnya, menjual sebagian saham ketika valuasi sudah dianggap mahal — ini pun termasuk bentuk take profit.
Kesimpulan
Take Profit adalah bentuk disiplin finansial yang membedakan antara trader beruntung dan trader profesional.
Ia mengajarkan bahwa mengamankan hasil kecil lebih baik daripada kehilangan segalanya.
Dalam ekonomi modern yang penuh fluktuasi, take profit bukan hanya soal angka, tapi tentang psikologi, perencanaan, dan kendali diri.
Karena di dunia investasi, bukan yang paling cerdas yang bertahan, melainkan yang paling sabar dan disiplin.
Jadi, kapan pun Baginda Dio memasuki pasar — ingatlah:
Menang bukan hanya saat membeli murah, tapi juga saat tahu kapan harus berhenti.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Ekonomi
Baca Juga Artikel Dari: Diplomasi Ekonomi: Strategi Negara Menaklukkan Dunia Tanpa Senjata










