Hubungan Multilateral Negara: Dinamika, Tantangan, dan Harapan
Jakarta, turkeconom.com – Hubungan antarnegara bukanlah hal baru, tapi formatnya terus berevolusi. Jika dulu negara-negara cenderung membangun relasi bilateral—satu lawan satu—kini dunia bergerak lebih kompleks. Konsep hubungan multilateral negara hadir sebagai jawaban atas dinamika global yang tak bisa lagi diatasi secara individual.
Bayangkan sebuah meja bundar di sebuah konferensi internasional, di mana puluhan kepala negara duduk bersama. Mereka membicarakan isu perubahan iklim, perdagangan dunia, hingga keamanan global. Masing-masing membawa kepentingan nasionalnya, tapi juga harus siap berkompromi demi kepentingan bersama. Itulah esensi hubungan multilateral: sebuah kolaborasi di mana banyak negara bekerja sama dalam satu wadah.
Indonesia sendiri punya catatan panjang dalam panggung multilateral. Dari masa Soekarno dengan Konferensi Asia-Afrika, hingga kini saat Indonesia aktif di G20 dan ASEAN, posisi kita selalu dituntut untuk bisa menyeimbangkan kepentingan nasional dengan kepentingan global.
Seorang diplomat muda di Kementerian Luar Negeri pernah berkata, “Multilateralisme itu seperti main orkestra. Kalau semua negara main instrumen masing-masing tanpa partitur, hasilnya berisik. Tapi kalau ada harmoni, dunia bisa berjalan lebih stabil.”
Apa Itu Hubungan Multilateral Negara?

Secara sederhana, hubungan multilateral negara adalah interaksi politik, ekonomi, sosial, atau keamanan yang melibatkan lebih dari dua negara. Bentuknya bisa berupa organisasi internasional, perjanjian global, forum ekonomi, hingga kerja sama regional.
Contoh paling jelas adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di mana hampir seluruh negara di dunia bergabung. Ada pula WTO (World Trade Organization) untuk isu perdagangan, ASEAN di tingkat regional Asia Tenggara, serta G20 sebagai forum ekonomi negara-negara besar.
Prinsip utama dari multilateralisme adalah kolektivitas. Artinya, masalah global dianggap sebagai tanggung jawab bersama. Krisis iklim, misalnya, tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu negara. Butuh kesepakatan kolektif untuk mengurangi emisi, mengatur perdagangan karbon, hingga membantu negara berkembang beradaptasi.
Namun, multilateralisme bukan tanpa gesekan. Sering kali negara-negara besar punya pengaruh lebih dominan, sementara negara kecil merasa suaranya tak cukup didengar. Di sinilah tantangan sekaligus seni dari diplomasi multilateral: bagaimana memastikan semua pihak mendapat tempat yang adil.
Mengapa Hubungan Multilateral Penting?
Ada banyak alasan mengapa hubungan multilateral menjadi kunci dalam sistem internasional modern:
-
Mengatasi Masalah Global Bersama
Pandemi COVID-19 memberi pelajaran penting. Vaksin, distribusi obat, hingga standar protokol kesehatan global hanya bisa efektif bila negara-negara bekerja sama. Jika tiap negara berjalan sendiri-sendiri, pandemi tak akan pernah selesai. -
Perdagangan dan Ekonomi
Globalisasi membuat barang dan jasa melintasi batas negara dengan cepat. Tanpa aturan multilateral seperti WTO, perdagangan dunia bisa kacau. Negara kuat mungkin akan mendominasi, sementara negara kecil tertinggal. -
Keamanan Global
Isu terorisme, konflik perbatasan, hingga ancaman nuklir membutuhkan koordinasi lintas negara. NATO, misalnya, lahir dari kebutuhan kolektif menjaga keamanan kawasan. -
Diplomasi yang Lebih Efisien
Daripada melakukan puluhan pertemuan bilateral, forum multilateral memungkinkan satu negara berdialog dengan banyak pihak sekaligus. Ini lebih hemat waktu, energi, dan biaya. -
Posisi Tawar Negara Berkembang
Melalui multilateralisme, negara-negara berkembang seperti Indonesia punya ruang untuk menyuarakan kepentingan bersama. Misalnya lewat G77 di PBB, di mana negara-negara Selatan global menyatukan suara melawan dominasi negara maju.
Di tengah semua manfaat itu, ada sebuah catatan menarik. Multilateralisme sering digambarkan oleh diplomat sebagai “pernikahan besar” yang penuh kompromi. Tidak semua keinginan terpenuhi, tapi semua pihak mendapat bagian.
Indonesia dan Peranannya dalam Hubungan Multilateral
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang aktif di berbagai forum multilateral. Ada beberapa peran penting yang bisa kita soroti:
-
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)
Sebagai salah satu pendiri ASEAN, Indonesia punya posisi strategis dalam menjaga stabilitas Asia Tenggara. Dari isu Laut Cina Selatan hingga integrasi ekonomi kawasan, Indonesia sering menjadi mediator. -
G20
Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang duduk di G20. Puncaknya terlihat saat Indonesia menjadi tuan rumah G20 Bali 2022. Di tengah ketegangan global akibat perang Ukraina, Indonesia berhasil menjaga forum tetap berjalan dengan menekankan isu ekonomi inklusif dan transisi energi. -
PBB
Indonesia sudah empat kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Kontribusi terbesar kita adalah dalam misi perdamaian dunia. Ribuan pasukan TNI dikirim ke berbagai negara konflik, dari Lebanon hingga Kongo. -
Isu Perubahan Iklim
Sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia sering menjadi sorotan dalam isu perubahan iklim. Lewat forum multilateral, Indonesia berusaha menyeimbangkan antara kebutuhan pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan. -
Kerja Sama Selatan-Selatan
Indonesia aktif mempromosikan kerja sama antarnegara berkembang. Lewat forum ini, Indonesia mendorong solidaritas global tanpa ketergantungan berlebihan pada negara maju.
Kisah menarik datang dari pertemuan KTT ASEAN beberapa tahun lalu. Saat negara-negara anggota berbeda pendapat soal isu Laut Cina Selatan, diplomasi Indonesia yang dikenal “halus tapi tegas” berhasil membawa forum tetap solid. Banyak pengamat menyebut gaya diplomasi ini sebagai “musyawarah khas Indonesia” di level internasional.
Tantangan Multilateralisme di Era Modern
Meski penting, multilateralisme menghadapi banyak ujian di era modern. Beberapa tantangan utama antara lain:
-
Bangkitnya Nasionalisme dan Proteksionisme
Negara-negara besar, seperti Amerika Serikat atau Tiongkok, kadang lebih memilih kepentingan nasional daripada kesepakatan multilateral. Contohnya saat AS keluar dari Perjanjian Paris tentang iklim pada masa Donald Trump. -
Ketidaksetaraan Global
Negara maju sering punya lebih banyak pengaruh, baik lewat voting, pendanaan, maupun kekuatan militer. Hal ini membuat negara berkembang merasa kurang adil dalam pengambilan keputusan. -
Krisis Kepercayaan
Banyak masyarakat meragukan efektivitas organisasi multilateral. PBB, misalnya, sering dianggap lamban dalam menangani konflik Suriah atau Palestina. -
Perkembangan Teknologi
Isu baru seperti keamanan siber dan regulasi artificial intelligence membutuhkan kesepakatan global. Namun, sampai saat ini, forum multilateral belum punya mekanisme yang jelas untuk mengaturnya. -
Dinamika Politik Regional
Konflik di satu kawasan bisa merembet ke forum global. Misalnya, ketegangan Rusia-Ukraina yang memengaruhi jalannya G20.
Dalam kondisi ini, Indonesia dan negara-negara berkembang lain punya peluang sekaligus tantangan untuk menjaga multilateralisme tetap relevan.
Masa Depan Hubungan Multilateral: Harapan atau Ilusi?
Pertanyaan besar pun muncul: apakah multilateralisme masih relevan di masa depan?
Sebagian pengamat optimis. Mereka melihat multilateralisme sebagai satu-satunya cara menghadapi masalah global. Tanpa kerja sama, isu perubahan iklim, pandemi, atau krisis energi tidak akan pernah selesai.
Namun, ada juga yang pesimis. Mereka khawatir multilateralisme hanya jadi ajang retorika politik tanpa hasil konkret. Negara-negara besar cenderung memainkan kekuasaan, sementara negara kecil hanya ikut arus.
Indonesia, dalam hal ini, punya peran strategis. Dengan politik luar negeri bebas aktif, Indonesia bisa menjadi jembatan antara negara maju dan negara berkembang. Seperti dalam KTT G20 Bali, Indonesia menunjukkan bahwa dialog masih bisa terjadi meski dunia terbelah.
Seorang profesor hubungan internasional di salah satu universitas ternama di Jakarta pernah berkata, “Multilateralisme itu ibarat jalan tol global. Kadang macet, kadang penuh gesekan, tapi tanpa jalan tol itu, kita semua akan terjebak di jalan sempit masing-masing.”
Kesimpulan
Hubungan multilateral negara adalah fondasi penting dalam sistem internasional modern. Ia memungkinkan negara-negara bekerja sama mengatasi masalah bersama, dari perdagangan hingga perubahan iklim. Indonesia sendiri sudah lama memainkan peran penting di berbagai forum multilateral, membuktikan bahwa negara berkembang pun bisa punya pengaruh signifikan.
Namun, tantangan ke depan tidak ringan. Nasionalisme, ketidaksetaraan, hingga isu teknologi baru bisa mengguncang fondasi multilateralisme. Meski begitu, harapan masih ada. Selama negara-negara mau berkompromi dan mengutamakan kepentingan global, multilateralisme tetap menjadi instrumen terbaik untuk menjaga stabilitas dunia.
Bagi Indonesia, kuncinya adalah konsisten pada politik luar negeri bebas aktif. Dengan begitu, kita bisa terus memainkan peran sebagai penyeimbang, mediator, sekaligus motor penggerak di panggung internasional.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Politik
Baca Juga Artikel Dari: Diplomasi Ekonomi Global: Strategi Negara Persaingan Abad ke-21









