Ekspor Perikanan: Cerita Lika-Liku & Tips Sukses Bisnis Lautan
JAKARTA, turkeconom.com – Aku inget banget, waktu pertama denger soal potensi ekspor perikanan Indonesia, langsung kebayang: ekonomi keluarga naik, negara makin jaya, pokoknya hidup sukses deh! Apalagi, data dari KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) bilang tahun 2022 saja nilai ekspor produk perikanan tembus 6,24 miliar USD. Gila nggak tuh? Namun, begitu aku mencoba terjun sendiri ke bisnis ekspor perikanan, ternyata tantangannya banyak sekali.
Buat yang mikir ekspor perikanan itu cuma soal kirim ikan ke luar negeri, sayangnya, you are so wrong! Produk yang diekspor beragam, mulai dari ikan segar, beku, udang, sampai rumput laut dan kerupuk udang. Bahkan, aku awalnya kaget pasar di Amerika dan Jepang ternyata suka banget sama produk perikanan dari Papua dan Sulawesi. Oleh karena itu, riset pasar ekspor perikanan sangat penting sebelum nekat mengirim produk.
Belajar dari Kesalahan dalam Ekspor Perikanan
Biar aku cerita dikit. Pengalaman pertamaku di bisnis ekspor perikanan itu ambyar abis. Waktu itu aku koordinasiin pengiriman ikan tuna ke Jepang. Semua sudah siap, packing rapi, dokumen lengkap (katanya). Namun ternyata, ada satu dokumen karantina ikan yang salah format. Akibatnya, barang nyangkut di pelabuhan Tokyo lebih dari seminggu. Kacau sih, rugi besar, ditambah lagi reputasi di mata buyer jadi buruk. Padahal aku sudah ngebayangin dolar masuk rekening, eh malah belajar soal birokrasi dengan cara yang nggak enak.
Dari situ aku paham, ekspor perikanan itu lebih dari sekadar jualan. Semua detail harus diperhatikan, mulai dari cara penangkapan yang ramah lingkungan, proses pendinginan, transportasi, pengepakan, sampai dokumen. Sebab, kalau ada satu saja yang kurang, wassalam deh. Aku sempat stres, tetapi lama-kelamaan aku belajar kalau tiap salah itu gratis upgrade skill. Tidak ada ruginya selama kita benar-benar ambil hikmah. Jadi intinya, buat kamu yang mau coba, jangan takut gagal. Yang penting evaluasi dan terus perbaiki.
Tips Anti Kudet Ala Praktisi Ekspor Perikanan
1. Riset Pasar Ekspor Perikanan dengan Data Nyata
Banyak yang bilang, “Amerika suka banget sama udang Indonesia”. Iya benar, tetapi udang yang seperti apa dulu? Aku pernah salah, udang yang aku kirim ternyata bukan jenis favorit mereka. Akhirnya stok menumpuk di gudang. Oleh sebab itu, sebaiknya langsung ngobrol ke calon buyer, cek tren pasar, dan juga tanya komunitas eksporperikanan di media sosial. Data dan insight jadi senjata utama.
2. Pahami Regulasi Negara Tujuan untuk Ekspor Perikanan
Sering meremehkan dokumen ekspor malah bikin kejebak sendiri. Setiap negara punya aturan soal sertifikat kesehatan, label halal, masa simpan, dan lainnya. Karena itu, aku sekarang selalu double check dan crosscheck sama pihak karantina atau konsultan eksporperikanan yang benar-benar paham. Pernah juga, ada kasus barang dikembalikan karena dokumen karantina typo satu huruf. Sakit hati sih, namun pelajarannya mahal.
3. Pilih Supplier Perikanan yang Terpercaya
Kunci sukses ekspor perikanan menurut aku adalah supplier lokal harus amanah dan profesional. Jangan tergiur harga murah saja. Aku pernah kejadian supplier suka “main air” (ngelola ikan lama di suhu nggak stabil). Barang sampai di negara tujuan dalam kondisi rusak. Akibatnya, buyer kabur. Mulai dari situ aku selalu cek proses handling ikan dari bibit sampai siap kirim.
4. Perluas Networking di Industri EksporPerikanan
Sering dapat “jalan ninja” dari teman-teman sesama pelaku eksporperikanan, mulai dari tips urus dokumen sampai info buyer legit yang jarang dipublikasikan. Selain itu, aku selalu aktif di grup WA, diskusi di Facebook, dan acara workshop KKP. Kadang malah lebih dapat solusi di warung kopi daripada seminar formal.
5. Hati-hati dengan Order Besar dalam Ekspor Perikanan
Kadang ada buyer luar negeri yang memberi penawaran besar dengan harga bagus. Sayangnya, banyak juga yang tidak jelas. Dulu, aku pernah ketipu down payment saja, barang nggak nyampe, kontak hilang. Sekarang, aku selalu riset background buyer, cek legalitas, dan minta sistem pembayaran aman (LC/SKBDN). Mending order kecil tapi lancar, daripada mimpi buruk.
Potensi EksporPerikanan dari Daerah Pesisir
Aku sempat tinggal di daerah pesisir Sulawesi setahun, dan melihat langsung gimana nelayan lokal kesulitan mendapat akses pasar ekspor perikanan. Bahkan, mereka kadang tidak tahu harga pasar dunia. Padahal, kalau dapat pembinaan dan akses digital, ekonomi perikanan desa bisa jauh meningkat. Aku pernah bantu bareng komunitas membuat kelompok eksportir di kampung. Cuma modal smartphone, internet, dan motivasi, nelayan bisa terhubung langsung dengan pembeli Thailand atau Vietnam. Hasilnya, chat mereka penuh buyer luar negeri.
Kesalahan umum yang sering terjadi adalah meremehkan potensi digitalisasi di sektor eksporperikanan. Anak muda bisa membantu yang tua melek teknologi, dan pada akhirnya, kolaborasi ini bisa mengubah nasib. Dari cerita ini aku yakin, bisnis eksporperikanan itu olahraga tim, bukan solo karir. Tidak ada kata telat buat belajar dan beradaptasi.
Tips Tambahan untuk Sukses di Ekspor Perikanan
-
Simpan daftar kontak penting (forwarder, konsultan, bahkan teman di bea cukai).
-
Pantau isu kebijakan ekonomi dan ekspor perikanan (return produk karena isu kesehatan, embargo, tarif bea masuk).
-
Siapkan cadangan produk. Kalau barang tertahan, ada opsi rolling shipment.
-
Catat semua pengalaman dan biaya, sekecil apapun, untuk evaluasi bisnis.
-
Berani bilang “nggak tahu” lalu cari mentor atau komunitas. Malu bertanya, rugi di jalan.
-
Gunakan teknologi: aplikasi logistik, tracking dokumen, dan database buyer.
Penutup: Pentingnya Persiapan dalam EksporPerikanan
Kalau mau mulai terjun ke dunia ekspor perikanan, siapkan mental, punya tim solid, dan jangan takut gagal. Pengalaman gagal adalah pembimbing paling berharga. Selain itu, setiap tantangan akan menjadi pelajaran untuk langkah berikutnya.
Kesimpulannya, eksporperikanan bisa menjadi jalan memperbaiki ekonomi keluarga dan lingkungan sekitar. Apalagi jika bisa menggandeng komunitas, memanfaatkan teknologi, dan belajar dari yang sudah berpengalaman. Jangan malu berbagi cerita, termasuk soal kegagalan. Dari situ kita bisa tumbuh dan berkembang bersama.
Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Ekonomi
Baca juga artikel lainnya: Ekonomi Feminis: Cara Nyata Bikin Hidup Lebih Seimbang