Cadangan Devisa

Cadangan Devisa: Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

Jakarta, turkeconom.com – Kita mulai dari sebuah analogi sederhana.

Bayangkan kamu sedang liburan ke luar negeri. Kamu bawa uang rupiah, tapi tidak semua negara menerima mata uang kita. Solusinya? Tukar ke dolar AS. Nah, cadangan devisa bagi sebuah negara kurang lebih mirip dengan “tpembayaran utang luar negeri tabungan” dalam bentuk mata uang asing, emas, atau aset luar negeri yang bisa digunakan saat “jalan-jalan” ke pasar global atau saat krisis mendadak datang bertamu.

Cadangan devisa, secara definisi formal, adalah aset luar negeri yang dimiliki dan dikendalikan oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) yang bisa digunakan untuk membiayai transaksi eksternal dan menstabilkan nilai tukar. Aset ini bisa berupa:

  • Mata uang asing (mayoritas dalam USD)

  • Emas

  • Hak penarikan khusus (SDR) di IMF

  • Posisi cadangan di IMF

  • Surat berharga berdenominasi asing

Fungsi utama dari cadangan devisa sangat strategis. Ia bukan hanya buffer atau bantalan saat terjadi gejolak global, tetapi juga simbol kepercayaan pasar terhadap kestabilan ekonomi kita. Bahkan, ia jadi alat ukur dalam melihat seberapa kuat “nafas” ekonomi sebuah negara dalam menghadapi tekanan global.

Data Terkini — Cadangan Devisa Indonesia Mei 2024 Menembus USD 139 Miliar

Cadangan Devisa

Menurut data terbaru dari Bank Indonesia (BI) dan dilaporkan oleh berbagai media nasional seperti CNBC Indonesia dan Katadata, posisi cadangan devisa Indonesia per akhir Mei 2024 tercatat USD 139 miliar. Angka ini meningkat dari posisi bulan sebelumnya yang berada di USD 136,2 miliar.

Apa arti dari kenaikan ini?

Pertama, ini memberi sinyal bahwa neraca transaksi berjalan dan keuangan kita sedang dalam kondisi cukup sehat. Kenaikan cadangan devisa pada Mei 2024 disebut berasal dari penerimaan pajak dan layanan pemerintah, termasuk penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) valuta asing dan penerimaan devisa ekspor sumber daya alam (SDA), khususnya dari sektor tambang dan sawit.

Kedua, BI menyatakan bahwa angka cadangandevisa tersebut setara dengan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor pembayaran utang luar negeri, jauh di atas standar kecukupan internasional 3 bulan impor. Artinya, Indonesia berada dalam zona yang cukup nyaman dan kredibel.

Fungsi dan Peran Strategis Cadangan Devisa dalam Ekonomi

Tak banyak orang sadar bahwa keberadaan cadangan devisa memengaruhi hampir semua aspek kehidupan ekonomi kita—mulai dari harga BBM, nilai tukar rupiah, inflasi, sampai kepercayaan investor asing.

Mari kita jabarkan fungsi strategisnya:

1. Menstabilkan Nilai Tukar Rupiah

Saat tekanan eksternal muncul, seperti perang dagang, inflasi AS, atau lonjakan harga minyak dunia, nilai tukar rupiah bisa melemah. Dalam situasi ini, Bank Indonesia bisa menggunakan cadangan devisa untuk intervensi di pasar valuta asing demi menjaga kestabilan rupiah.

Tanpa cadangandevisa yang kuat, nilai tukar bisa bablas, inflasi melonjak, dan harga-harga barang pun ikut “gila”.

2. Membayar Utang dan Impor

Indonesia masih cukup tergantung pada barang impor, termasuk bahan baku industri, pangan, dan energi. Cadangan devisa menjamin kemampuan negara dalam membayar utang luar negeri dan mendanai impor penting, yang jika gagal bisa berdampak sistemik.

3. Meningkatkan Kepercayaan Investor Asing

Investor asing akan lebih percaya berinvestasi di negara dengan cadangan devisa tinggi. Kenapa? Karena mereka merasa aman. Kalau sewaktu-waktu terjadi ketidakpastian, mereka yakin Indonesia mampu “membayar utang” atau menjaga stabilitas pasar.

Sumber-Sumber Cadangan Devisa — Dari Mana Datangnya?

Cadangan devisa tidak muncul begitu saja. Ia dikumpulkan dari beberapa sumber utama:

  • Surplus Neraca Perdagangan: Jika ekspor lebih besar dari impor, maka terjadi pemasukan dolar ke dalam negeri.

  • Investasi Asing (FDI dan portofolio): Ketika investor asing masuk ke pasar saham atau obligasi Indonesia, mereka membawa valuta asing.

  • Penerbitan Utang Valas: Pemerintah menerbitkan SBN atau surat utang dalam dolar yang hasilnya masuk sebagai cadangan.

  • Penerimaan Pariwisata dan Pekerja Migran: Ketika turis asing datang dan TKI mengirim uang dari luar negeri, itu menambah cadangan devisa.

Menariknya, Indonesia sempat mencetak surplus perdagangan selama lebih dari 40 bulan berturut-turut sejak pandemi—sebuah prestasi langka yang sangat membantu memperkuat cadangandevisa.

Ancaman dan Tantangan terhadap Cadangan Devisa

Namun seperti halnya “tabungan”, cadangan devisa juga bisa menipis jika tidak dikelola dengan hati-hati. Beberapa ancaman yang sering muncul adalah:

1. Defisit Neraca Perdagangan

Ketika impor melebihi ekspor dalam jangka panjang, maka cadangan devisa bisa terus tergerus untuk menutup defisit tersebut.

2. Capital Outflow

Saat kondisi global tidak kondusif (misalnya suku bunga AS naik), investor asing bisa menarik dana mereka dari pasar keuangan Indonesia, menyebabkan capital outflow dan penurunan cadangan.

3. Pembayaran Utang Valas Jangka Pendek

Jika pemerintah atau swasta banyak memiliki utang jangka pendek dalam dolar, maka kewajiban membayar bunga dan pokok utang itu akan menguras cadangan.

4. Intervensi Berlebihan oleh Bank Sentral

Dalam beberapa kasus, intervensi yang terlalu agresif oleh BI untuk menjaga nilai tukar rupiah bisa menyebabkan cadangan devisa terkuras, meski memang ini bagian dari tugas utama bank sentral.

Penutup: Cadangan Devisa—Penjaga Garis Belakang Ekonomi Bangsa

Cadangan devisa memang tidak sepopuler topik seperti inflasi, BBM, atau kurs dolar di pasar. Tapi ia adalah penjaga garis belakang yang sering dilupakan. Seperti kiper dalam sepak bola, perannya krusial saat serangan datang.

Di tengah gejolak global—dari geopolitik, perang Rusia-Ukraina, tensi AS-Tiongkok, sampai perubahan iklim ekonomi dunia—cadangandevisa adalah alat yang tak bisa digantikan. Ia simbol stabilitas, daya tahan, dan kesiapan sebuah bangsa untuk menghadapi ketidakpastian.

Dengan cadangan devisa yang kini stabil di atas USD 135 miliar, Indonesia setidaknya bisa tidur lebih nyenyak. Tapi pekerjaan rumah tetap banyak—diversifikasi ekspor, penguatan industri dalam negeri, dan reformasi ekonomi tetap perlu dijalankan agar devisa tak sekadar numpang lewat.

Baca Juga Artikel dari: Negara Rentier: Kaya SDA Tapi Rentan Krisis?

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Ekonomi

Author